Minggu, 19 Mei 2013

Keperawatan Jiwa


KEPERAWATAN  JIWA


Defenisi Dan Uraian Keperawatan Jiwa
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien berupa: individu, keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. Defenisi keperawatan jiwa menurut American Nurses’ Association: “suatu bentuk spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri yang bermanfaat sebagai kiatnya.
Praktik keperawatan jiwa terjadi dalam konteks social dan lingkungan. Peran keperawatan jiwa professional kini mencakup dimensi kompetensi klinis, advokasi pasien-keluarga, tanggung jawab fiscal, kolaborasi antar disiplin, akuntabilitas social, dan parameter legal-etik.
Center for Mental Health Service secara resmi mengakui keperawatan kesehatan jiwa sebagai salah satu dari lima inti disiplin kesehatan jiwa. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan ilmu psikososial, biofisik, teori kepribadian, dan perilaku manusia untuk mendapatkan suatu kerangka berpikir teoritis yang mendasari praktik keperawatan.

Tingkat Kinerja
Ada 4 faktor yang membantu menentukan tingkat fungsi dan jenis aktivitas yang dilakukan oleh perawat jiwa:
1. Legislasi perawat jiwa
2. Kualifikasi perawat, termasuk pendidikan, pengalaman kerja, dan status sertifikasi.
3. Tatanan praktik perawat.




4. Tingkat kompetensi personal dan inisiatif perawat. 


Berikut ada 2 tingkat praktik keperawatan klinis kesehatan jiwa yang telah diidentifikasi :
1. Psychiatric-mental health registered nurse (RN) adalah perawat terdaftar berlisensi yang menunjukkan keterampilan klinis dalam keperawatan kesehatan jiwa melebihi perawat baru di lapangan. Sertifikasi adalah proses formal untuk mengakui bidang keahlian klinis perawat. Huruf “C” yang diletakkan setelah RN (mis: RN.C) menunjukkan status sertifikasi tingkat dasar.
2. Advance practice registered nurse in psychiatric-mental health (APRN-PMH) adalah perawat terdaftar berlisensi yang minimal berpendidikan tingkat MASTER, memiliki pengetahuan mendalam tentang teori keperawatan jiwa, membimbing praktik klinis, dan memiliki kompetensi keterampilan keperawatan jiwa lanjutan. Perawat kesehatan jiwa pada praktik lanjutan dipersiapkan untuk memiliki gelar master dan doctor dalam bidang keperawatan atau bidang lain yang berhubungan. Huruf “CS” diletakkan setelah APRN (mis:APRN.CS) menunjukkan bahwa perawat adalah speliasis berijazah dalam bidang keperawatan kesehatan jiwa.

Tingkat Pencegahan
Intervensi keperawatan jiwa mencakup tiga area aktivitas:
1. Pencegahan primer: menurunkan insiden penyakit di komunitas dengan mengubah factor penyebab sebelum hal tersebut membahayakan. Meliputi promosi kesehatan dan pencegahan penyakit.
2. Pencegahan sekunder: mencakup pengurangan prevalensi penyakit actual melalui deteksi dini dan penanganan masalah kesehatan.
3. Pencegahan tersier: mencakup penurunan gangguan atau disabilitas yang disebabkan oleh penyakit.

Asuhan yang kompeten
Tiga domain praktik keperawatan jiwa kontemporer meliputi :
1. Aktivitas asuhan langsung.
2. Aktivitas komunikasi.
3. Aktivitas pelaksanaan

Bagi Klien
a. Asuhan yang diterima bermutu dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
b. Partisipasi meningkat dalam menuju perawatan mandiri (independen care).
c. Terhindar dari malpraktik.

Keperawatan Jiwa merupakan suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya. Praktik keperawatan jiwa terjadi dalam konteks sosial dan lingkungan. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu-ilmu psikososial, biofisik, teori-teori kepribadian dan perilaku manusia untuk menurunkan suatu kerangka kerja teoritik yang menjadi landasan praktik keperawatan.
Kesehatan jiwa merupakan kondisi yang memfasilitasi secara optimal dan selaras dengan orang lain, sehingga tercapai kemampuan menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan, keharmonisan fungsi jiwa, yaitu sanggup menghadapi problem yang biasa terjadi dan merasa bahagia. Sehat secara utuh mencakup aspek fisik, mental, sosial, dan pribadi yang dapat dijelaskan sebagi berikut.Kesehatan fisik, yaitu proses fungsi fisik dan fungsi fisiologis, kepadanan, dan efisiensinya.
Indikator sehat fisik yang paling minimal adalah tidak ada disfungsi, dengan indikator lain (mis. tekanan darah, kadar kolesterol, denyut nadi dan jantung, dan kadar karbon monoksida) biasa digunakan untuk menilai berbagai derajat kesehatan.Kesehatan mental/psikologis/jiwa, yaitu secara primer tentang perasaan sejahtera secara subjektif, suatu penilaian diri tentang perasaan seseorang, mencakup area seperti konsep diri tentang kemampuan seseorang, kebugaran dan energi, perasaan sejahtera, dan kemampuan pengendalian diri internal, indikator mengenai keadaan sehat mental/psikologis/jiwa yang minimal adalah tidak merasa tertekan/ depresi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan dan merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, dan sosial individu secara optimal, dan selaras dengan perkembangan dengan orang lain.
-sistem), psiko edukatif/ psikodinamik (psiko-sistem), dan sosio-kultural (sosio-sistem).
Pendekatan ini berarti bahwa kita harus dapat melihat kondisi manusia dan perilakunya, baik dalam kondisi sehat maupun sakit, secara terinci “detail” dalam ketiga aspek tersebut di atas (ekletik), tetapi menyadari bahwa ketiga aspek tersebut saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan yang utuh sebagai satu sistem (holistik).

Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehaan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung, saperti pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan bermacam gejala dan disebabkan berbagai hal. Kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda dan kontradiksi. Kemampuan mereka untuk berperan dalam menyelesaikan masalah juga bervariasi.
Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini penting karena peran perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Klien mungkin menghindar atau menolak berperan serta dan perawat mungkin cenderung membiarkan, khususnya terhadap klien yang tidak menimbulkan keributan dan tidak membahayakan.
Hal itu harus dihindari karena :
  • Belajar menyelesaikan masalah akan lebih efektif jika klien ikut berperan serta.
  • Dengan menyertakan klien maka pemulihan kemampuan klien dalam mengendalikan kehidupannya lebih mungkin tercapai.Dengan berperan serta maka klien belajar bertanggung jawab terhadap pelakunya
Rencana Tindakan / langkah-langkah kerja Keperawatan
Tujuan Umum       : Klien tidak mencederai orang lain
Tujuan Khusus      :
Manajemen perilaku kekerasan klien dapat:
  1. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
  2. Mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
  3. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
  4. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
  5. Mengidentifikasi cara yang konstruktif dalam berespons terhadap kemarahan
  6. Mendemonstrasikan perilaku yang terkontrol
  7. Mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku
  8. Menggunakan obat dengan benar
Peran dan Fungsi Perawat Jiwa Defenisi dan Uraian Keperawatan Jiwa
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem pasien atau klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA mendefiniskan keperawatan kesehatan jiwa sebagai Suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan pengunaan diri yang bermanfaat sebagai kiatnya. Praktik kontemporer keperawatan jiwa terjadi dalam konteks sosial danlingkungan.
Peran keperawatan jiwa profesional berkembang secara kompleks dari elemen historis aslinya. Peran tersebut kini mencakup dimensi kompetensi klinis, advokasi pasien-keluarga, tanggung jawab fiskal, kolaborasi antardisiplin, akuntabilitas sosial, dan parameter legal-etik.
Center for Mental Health Services secara resmi mengakui keperawatan kesehatan jiwa sebagai salah satu dari lima inti disiplin kesehatan jiwa. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu psikososial, biofisik,, teori kepribadian, dan perilaku manusia untuk mendapatkan suatu kerangka berpikir teoritis yang mendasari praktik keperawatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar